Jumat, 14 Agustus 2015

Walau dan Tongkat, Irfan Berhasil Menyeruak Gua Jomblang

“Hidup berdasarkan mimpi, seluruh persoalan hidup tentang mimpi. Maka kejarlah mimpi ini sehingga ia lelah, saat mimpi ini lelah kemudian tangkap impian itu”.

Itulah kalimat dari seorang pria yang tetap bersemangat menjelajah Indonesia kendatipun memperoleh keterbatasan fisik karena kecelakaan. Ia sebagai Irfan Ramdhani (25), lulusan Universitas Gunadarma yang juga ikut di organisasi mahasiswa pencinta alam (Mapa Gunadarma).

Irfan menghadapi kecelakaan terjatuh dari dinding panjat dari ketinggian 10 meter pada Maret 2010 ketika sedang berlatih Single Rope Tehnique, hal metode yang digunakan demi naik juga turun menikmati seorang tali. Mulai itu, trauma terus membayangi kepala Irfan. Dia bercerita pernah tidak mampu memperhatikan ketinggian, kendatipun hanya setinggi lima meter. Jika sudah kambuh, Irfan akan mengeluarkan muntah.

Juli lalu saat bulan Ramadhan, seusai memenangi suatu lomba penulisan, dia kembali bisa mewujudkan salah satu mimpi demi bertualang menyeruak perut bumi. Sebelumnya , perasaan takut tetap asal menghantui. Irfan bisa “menaklukkan” rasa takutnya terhadap ketinggian ketika turun ke dasar bumi.

Merupakan Gua Jomblang, hal obyek bertamasya alam dalam kawasan Karst Gunung Kidul, Yogyakarta yang Irfan kunjungi. Ia menuju sana bersama mahasiswa pencinta alam Universitas Negeri Jakarta serta Universitas Gajah Mada.

Persiapan pengetahuan melalui gua mutlak untuk diketahui. Irfan teringat saat-saat berlatih teknik penelusuran gua. Ia menatap mimpi demi membuka gua dan rasa yakin diri.

Penelusuran gua

Ketika ini, Irfan memulai penjelajahan ke dasar gua pada pukul 08.00 WIB menggunakan jalur Hauling, hal sistem yang digunakan demi mengangkat korban keluar dari gua vertikal. Sebelum turun, Irfan memakai perlengkapan seperti harness, helm, coverall, dengan tidak lupa merebut tongkat. Rasa takut kembali berputar-putar dalam kepala Irfan.
Arsip Irfan Ramdhani Hutan purba pada dasar Gua Jomblang, Gunung Kidul, Yogyakarta.

“Saat tali tersebut disangkutkan menuju dalam full body harness, yang gue alami sebagai saat melihat menuju bawah rasanya kepala keleyengan,” tutur Irfan menurut KompasTravel.

Saat sejak diturunkan, Irfan kecanduan tiupan angin yang selalu menusuk tulang. Saat ini dia asal dalam season kemarau. Dia menjelaskan banyak angin yang berhembus namun cuaca terasa amat bertensi tinggi. Pada tengah rasa trauma, Irfan rasanya terhibur dikarenakan rimbun pepohonan yang tumbuh di badan gua.

“Nah mengakali rasa trauma, gue ngga memperhatikan menuju bawah, tetapi melihat ke depan demi melongok pemandangan yang sangat spektakuler,” ucap Irfan.

Selepas turun dari lintasan Hauling, Irfan dipandu tetapi guide Gua Jomblang. Ia menceritakan seorang pemandu sangat memperhatikan setiap langkah di dalam gua.

“Mas, dapat nggak tindakan hingga sana?” Irfan menirukan anggapan pemandu yang menunjukan cara berbatu juga menanjak. Irfan menjawab dengan optimis kalau dia berhasil menempuh tanjakan dengan perlahan.

Serta dibantu tapi guide, pada akhirnya Irfan sesudah dalam lokasi yang ditunjuk. Namun, sehabis setelah tanjakan, terdengar suara langkah kaki yang menghampiri Irfan. Mereka adalah Slamet Raharjo salah satu dari anggota mahasiswa pencinta alam dari Universitas Negeri Jakarta (KMPA Eka Citra) dengan Banu Iqra Albani dari mahasiswa pencinta alam Universitas Gajah Mada (Mapagama UGM). Merekapun yaitu rekan Irfan yang membantu untuk eksplorasi Gua Jomblang.

Solidaritas kebersamaan

Selain tongkat, Irfan dibantu juga strategi dipapah tetapi rekan-rekannya untuk setelah dalam Gua Grubug. Cara bebatuan dengan tanah yang gembur telah ada dalam depan mata. Ia begitu teguh menyusuri terowongan gua demi sukses melihat cahaya matahari yang masuk melalui mulut Gua Grubug.
Arsip Irfan Ramdhani Malam sebelum Irfan menelusuri Gua Jomblang.

“Karena telah memupuk mimpi (masuk gua) tersebut dari season 2013 silam, maka dari tersebut kaki ini bakal saya bawa menuju kedamaian pada semesta yang sudah dilukis tapi si pencipta,” katanya dengan percaya.

Bukan tanpa hambatan saat Irfan secara terowongan gua. Salah satu tongkat yang ia punyai rusak dikarenakan jalur ke Gua Grubug yang berbatu. Ia pun terpaksa hanya menggunakan satu tongkat.

“Sebagai gantinya pundak Slamet untuk tambatan saya supaya berhasil berjalan menggantikan tongkat, syahdu sekali perjalanan ini. Dikirimkannya teman-teman yang teristimewa,” kenang Irfan.

Tanah dan aroma gua sekarang menyeruak hidung Irfan. Dia ingat pada saat pancaran cahaya matahari sudah terlihat, rasa haus serta lemah menerjang raga. Irfan bersyukur dikarenakan sukses mewujudkan mimpi demi memasuki Gua Jomblang. Di depan Irfan, cahaya "surga" telah terpampang. Ia mengungkapkan segera mengalahkan kepala ke tanah pertanda rasa syukur bagi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar